Ahok usir wartawan. ©2016 Lintastoday
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, dikenal arogan. Sebabnya, dia tak segan bicara kasar dan ketus pada orang-orang yang berseberangan dengan pendapatnya.Tak cuma dengan anak buahnya, Ahok, sapaan Basuki, tak segan menghardik warga yang menentang kinerjanya. Bahkan, pada awak media pun perlakuan serupa juga diperlihatkannya.
Buat beberapa awak media yang sering meliput kegiatan Ahok, sudah sangat mengerti karakter mantan bupati Belitung Timur itu. Ahok sering kali meluapkan emosinya jika pertanyaan yang diajukan tidak dikehendakinya.
Pada Kamis 16 Mei lalu, Ahok mendadak naik pitam saat ditanya aliran dana Rp 30 miliar ke relawan Teman Ahok. Hal itu pertama kali diungkapkan anggota Komisi III dari PDIP, Junimart Girsang, saat rapat dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Disebutnya, aliran dana itu diberikan salah satu pengembang yang mengerjakan proyek reklamasi di Teluk Jakarta.
Saat hal itu dikonfirmasi pada Ahok, dia langsung berang. Dengan nada tinggi dia menuding media ingin mengadu dombanya.
Ahok menegaskan dirinya bersih dari semua tuduhan tersebut. Menurut Ahok, tudingan Junimart berbau politis karena hanya ingin membangun stigma buruk warga terhadapnya. Dia mencontohkan serangan serupa pernah terjadi saat Pemprov DKI membeli lahan RS Sumber Waras.
Usai memberikan penjelasan bahwa Ahok adalah pemimpin yang jujur dan tidak korup. Wartawan media online ini melempar pertanyaan 'Berarti tidak ada pejabat lain yang sehebat bapak?'.
Ahok menilai pertanyaan wartawan tersebut menganggapnya pemimpin yang tidak jujur.
"Bukan begitu, banyak (pejabat hebat). Saya cuma katakan, maksud saya enggak usah ngadu domba, saya cuma minta bandingkan, untuk punya pikiran. Anda kan menuduh saya tidak jujur," kata Ahok di Balai kota, Jakarta, Kamis (16/6).
"Lalu saya tanya, kalau kamu tidak jujur, berani enggak nantang satu republik seperti ini. Itu yang saya bilang enggak usah dipelintir, di-spin," sambung dia kesal.
Mantan Bupati Belitung Timur ini juga mempertanyakan dari media mana wartawan tersebut. Ahok menegaskan wartawan itu dilarang kembali ke kantornya dan melakukan kegiatan liputan.
"Anda dari koran apa? Makanya lain kali tidak usah masuk sini lagi, tidak jelas kalau gitu. Saya tegasin, kamu juga tidak usah nekan-nekan saya rekan media, saya tidak pernah takut," ujar Ahok.
"Sama kayak Tempo, mana dari Tempo? Mana! Mau nyinggung-nyinggung lagi ngirimin surat sama saya. Saya tidak pernah takut sama kalian jujur saja," sambung dia geram.
Puas 'menyemprot' wartawan itu, Ahok pun berlalu ke ruangannya, tapi tampaknya amarahnya belum reda. Dia pun kembali menghampiri wartawan itu. Sambil menunjuk dengan jari, Ahok mengusir dan melarang wartawan tersebut meliput dan mewawancarainya.
"Saya tidak ada kewajiban menjawab pertanyaan anda sebetulnya. Saya tegaskan itu, bolak balik adu domba. Pokoknya enggak boleh masuk sini lagi, enggak boleh wawancara," pungkasnya.
Peristiwa Ahok marah terekam jelas dalam sejumlah kamera wartawan televisi yang hadir. Mereka yang melihat termasuk sejumlah politisi ikut menanggapi sikap kasar Ahok pada awak media.
Wakil Ketua Komisi III DPR, Desmond Junaidi Mahesa, mengaku tak aneh melihat sikap Ahok yang marah-marah saat dikonfirmasi sejumlah media soal dana Rp 30 miliar ke Teman Ahok. Sebab dia menilai, Ahok hanya suka pada informasi yang menguntungkannya saja.
"Ya Ahok kan kalau menyinggung dirinya yang dirugikan marah. Kalau menguntungkan dia, dia diam," sindirnya.
Dia juga menyebut Ahok dulunya buka siapa-siapa sebelum dibesarkan oleh Partai Gerindra pada Pilgub DKI 2012 lalu.
"Ahok itu zaman dia di Gerindra, dia bukan siapa-siapa. Bisa jadi cuma kami yang di Gerindra yang memberi modal. Jadi kalau orang sudah tidak berbudi seperti itu, apa yang harus diteladani?" katanya.
Sindiran atas perilaku Ahok juga datang dari Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon. Dia menilai kasus pengusiran wartawan dan pelarangan meliput oleh Ahok karena watak yang bersangkutan memang sudah seperti itu.
"Itu mungkin biasa karena (sifat) aslinya seperti itu," sindir Fadli Zon.
Dia mengatakan, sebagai pejabat publik, Ahok seharusnya bisa menjadi rekan yang baik bagi para awak media, yang hanya ingin bekerja mendapatkan informasi dan melakukan konfirmasi kepadanya sebagai pamong di ibu kota. Ahok, kata dia, tidak seharusnya bersikap keras kepada para awak media yang selama ini telah banyak membantunya memberitakan kegiatan Pemprov DKI Jakarta.
"Saya kira harusnya pejabat publik bisa melayani, termasuk untuk memberikan informasi, memberikan konfirmasi, dan hal lain yang ditanyakan sebagai bagian dari transparansi. Jadi enggak bisa lah (sikap Ahok) seperti itu," pungkas politikus Gerindra itu.
Kecaman serupa juga datang dari Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Abraham Lunggana alias Haji Lulung.
"Ya seharusnya sikapnya enggak usah seperti itu media itu kan perlu informasi, perlu mengkonfirmasi apa yag terjadi dan diberitakan di luar," kata Lulung.
Menurut Haji Lulung, sapaan akrabnya, Ahok bisa menghargai profesi wartawan. Sikap dan gaya Ahok yang meledak-ledak seharusnya bisa ditahan.
"Harusnya Ahok bisa lebih santun lah. Kalau Ahok justru marah-marah kalau ditanya berarti dia kelihatan begitu lagi banyak masalah. Kok pejabat publik enggak bisa menahan emosi," tegas Lulung.
"Wartawan itu teman kita, sahabat kita buat bertukar informasi. Ini kan sudah sering nih ye, bunuh karakter di depan orang banyak. Dari situ kelihatan orang ahok sosok seorang Gubernur yang tidak pandai berkomunikasi. Wartawan itu bagaimana pun juga kawan," pungkasnya.
0 comments: