Alat tak lengkap, sejumlah dokter spesialis RSUD Jayapura hengkang

Alat tak lengkap, sejumlah dokter spesialis RSUD Jayapura hengkang

Friday 12 August 2016

Alat tak lengkap, sejumlah dokter spesialis RSUD Jayapura hengkang
Ilustrasi Periksa ke Dokter. ©2015 Lintastoday
Pelayanan kesehatan bagi warga di Jayapura, Papua, nampaknya bakal terhambat. Sebab, beberapa dokter spesialis memilih hengkang dari Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura lantaran kekurangan peralatan.

"Kalau eksodus itu mutasi besar-besaran, sebenarnya tidak seperti itu, tetapi karena ini penting maka saya bilang eksodus begitu. Ada beberapa dokter spesialis yang terpaksa minta mutasi," kata Direktur Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP), Agustinus Raprap, di Jayapura, Jumat (12/8).

Padahal menurut Agustinus, dua tahun lalu Menteri Kesehatan menyatakan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura sebagai rumah sakit rujukan nasional. Namun, lanjut Agustinus, sarana kesehatan atau alat-alat kesehatan/peralatan penunjang tidak mendukung para dokter spesialis menerapkan ilmu digeluti kepada pasien yang ditangani. Alhasil mereka memilih angkat kaki.

Menurut Agustinus, pada 2014 salah satu dokter spesialis bedah tumor satu-satunya di RSUD Jayapura, dr. William, meminta pindah ke luar Papua.

"Padahal kasus tumor ini kan sangat banyak di Papua dan kasus itu cukup tinggi, tetapi karena tidak ada fasilitas pendukung di rumah sakit akhirnya dokter spesialisnya pindah," ujar Agustinus, seperti dilansir dari Antara.

Agustinus menambahkan, dokter spesialis saraf bedah pembuluh darah di RSUD Jayapura, dr. Tigor Letsoin, juga mengikuti jejak William. Lantaran alat pendukung praktiknya tidak tersedia, dia memilih mengundurkan diri dan berpraktik di rumah sakit lain.

"Sudah dua tahun pihak rumah sakit mengajukan peralatan pendukung spesialis maupun sub spesialis dari dr. Tigor. Di antaranya mesin untuk mendeteksi dan melakukan tindakan untuk pembuluh darah dan jantung. Sudah dua tahun diajukan oleh rumah sakit. Namun hingga kini peralatan itu tidak diadakan," ucap Agustinus.

Dengan kondisi seperti ini, Agustinus menyatakan pihak paling dirugikan adalah masyarakat. Sebab jika ada warga mengidap penyakit khusus dan butuh kemampuan dokter spesialis tidak bisa ditangani di RSUD Jayapura. Akhirnya mereka mesti dirujuk ke luar Papua.

"Kalau dirujuk kan cost-nya besar, biaya medisnya besar, non-medisnya juga besar. Padahal dokter spesialisnya ada di Papua, khususnya di Jayapura, tetapi karena tidak difasilitasi peralatannya, bahkan tidak ada sama sekali, akhirnya dirujuk," tutup Agustinus.
KOMENTAR. APA KOMENTAR ANDA?

Apa komentar dan tanggapan Anda dari berita di atas?

Emoticon