Akibat gadget, pola komunikasi bergeser dari dialogis tatap muka jadi individual

Akibat gadget, pola komunikasi bergeser dari dialogis tatap muka jadi individual

Monday 20 August 2018

Akibat gadget, pola komunikasi bergeser dari dialogis tatap muka jadi individual
Ilustrasi smartphone dan anak-anak. Lookout.com
Penggunaan gadget pada anak-anak saat ini memprihatinkan. Bahkan tak sedikit anak yang kecanduan gadget. Kondisi ini menjadi perhatian banyak kalangan, salah satunya datang dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia (UI).

Mereka melakukan kampanye sosial bertajuk Mencegah Kecanduan Gadget pada Anak Sejak Dini pada komunitas perempuan, yang dilakukan di kantor Kelurahan Kukusan, Depok, pekan lalu (16/8). Kegiatan ini merupakan pengabdian masyarakat (pengmas) yang merupakan bagian Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Henny S Widyaningsih, Ketua Tim Pengmas Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, menjelaskan topik kampanye sosial ini sengaja dipilih karena ada keprihatinan melihat kondisi masa kini, yaitu teknologi komunikasi melalui gadget bagaikan pisau bermata dua; di satu sisi sangat bermanfaat, tapi di sisi lain juga memiliki dampak negatif, terutama pada anak-anak usia dini.

Pola Komunikasi pun saat ini sudah bergeser dari yang selalu dialogis tatap muka menjadi lebih individual, kata Henny pada Merdeka.com, kemarin.

Perempuan, khususnya perempuan yang memiliki anak, menjadi target kegiatan ini lantaran agar mereka mampu berdaya mengawasi, menganjurkan, dan mendidik anak-anaknya sehingga mau melakukan kegiatan fisik, serta tidak melulu tergantung pada gadget. Selain bekerja sama dengan Kelurahan Kukusan yang merupakan desa binaan UI, penyelenggara juga bekerja sama dengan Rumah Baca Hanifah Depok.

Kata Henny, tujuan kegiatan ini berawal dari pertimbangan makin banyak anak yang menghabiskan waktu bermain gadget ketimbang melakukan kegiatan yang melibatkan permainan kontak fisik dengan kawan sebaya. Maka itu, acara ini dibagi dua khalayak sasaran, yaitu ibu-ibu dan anak-anak. Sementara para ibu diberikan talkshow dengan dua materi, yakni Gadget dan Dampaknya bagi Anak dan Upaya Pencegahan akibat Kecanduan Gadget pada Anak. Sedangkan anak-anak yang berusia 5-10 tahun dikenalkan dan diajak bermain permainan tradisional dan lomba (susun puzzle dan mewarnai).

Ibu-ibu harus waspada ketika anak menolak melakukan rutinitas sehari-hari dan lebih memilih gadget. Ini salah satu tanda kecanduan atau aditif, ujar Wahyuni Pudjiastuti, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UI yang menjadi penanggung jawab talkshow.

Satu tanda kecanduan gadget, lanjut dia, penggunaan gadget secara terus-menerus dan menurunnya keinginan untuk bermain dengan anak lain. Maka kegiatan ini pun menghadirkan permainan tradisional yang melibatkan anak lain, sehingga mereka mempunyai pengalaman atau diingatkan lagi dengan pengalaman melakukan kegiatan fisik dengan teman sebaya.

Kami, kata Meily Badriati, penanggung jawab bagian permainan anak kegiatan ini, mencoba menularkan pengalaman bermain dengan rekan sebaya, sehingga permainan tradisonal menjadi pilihan, seperti dakon atau congklak, ular tangga, dan galasin.

Anak-anak diharapkan bisa merasakan pengalaman sensori dan motorik dari kegiatan ini sehingga mereka bisa merasakan sensasi asyiknya. Diharapkan mereka bisa mengulang asyiknya pengalaman ini pada waktu yang lain, pungkas Melly.
KOMENTAR. APA KOMENTAR ANDA?

Apa komentar dan tanggapan Anda dari berita di atas?

Emoticon