Cerita Din Syamsuddin ditawarkan Jokowi jadi ketua timses lewat Teten

Cerita Din Syamsuddin ditawarkan Jokowi jadi ketua timses lewat Teten

Wednesday, 29 August 2018

Cerita Din Syamsuddin ditawarkan Jokowi jadi ketua timses lewat Teten
Din Syamsudin. ©2015 Lintastoday
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammad Sirajuddin Syamsuddin alias Din Syamsuddin, mengaku Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menawarkan padanya posisi ketua tim kampanye nasional pasangan capres-cawapres, Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Jokowi menyampaikan pesan melalui Koordinator Staf Khusus Kepresidenan Teten Masduki, dan Staf Khusus Presiden, Ruhaini Dzuhayatin.

"Memang ada yang pernah ada menghubungi saya Pak Teten Masduki dan Bu Ruhaini katanya membawa pesan Presiden ingin dijadikan ketua timses nasional," kata Din di kantor MUI, Jakarta Pusat, Rabu (29/8).

Namun, Din tak memberikan balasan lantaran bukan Jokowi atau Ma'ruf yang menyampaikan secara langsung.

"Namun saya belum percaya kalau Pak Jokowi dan Pak Ma'ruf Amin sendiri menyampaikan kepada saya. Makanya saya tak jawab waktu itu," imbuhnya.

Dia menceritakan pesan itu disampaikan kepada dirinya tiga hari sebelum tim kampanye nasional Jokowi menyerahkan struktur ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). Atau pada 17 Agustus 2018.

"Tiga hari sebelum diajukan ke (KPU). Tapi saya tidak jawab tapi belakangan beliau bilang kemarin mau dihubungi untuk dilibatkan dalam timses itu istilahnya Pak Teten. Kalau ada suara lain membawa pesan Presiden untuk diminta kesediaan menjadi ketua timses gitu," kata dia.

Din mengaku tidak mau menjadi ketua maupun anggota tim sukses pasangan calon manapun. Sebab dirinya terlibat aktif di PP Muhammadiyah.

"Karena itu saya jaga betul yang saya teladankan sebagai warga Muhammadiyah. Sekarang harus saya teladankan maka saya tak mungkin menjadi atau masuk sebagai apapun sebagai tim sukses pasangan manapun," tegasnya.

Din melanjutkan, dirinya berkomitmen sebagai penengah gerakan lintas agama dan lintas suku. Karena itu, dia harus menjaga keseimbangan.

Dia juga berdalih tak mungkin berpihak lantaran berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan jabatannya sebagai Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

"Maka yang ngajak-ngajak saya ikut timses manapun harus tahu saya ini PNS tidak boleh lebih bagus begini saja," ungkapnya.
KOMENTAR. APA KOMENTAR ANDA?

Apa komentar dan tanggapan Anda dari berita di atas?

Emoticon