Strategi Kemenperin dukung penerapan revolusi industri 4.0

Strategi Kemenperin dukung penerapan revolusi industri 4.0

Thursday 30 August 2018

Strategi Kemenperin dukung penerapan revolusi industri 4.0
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Ngakan Timur Antara. ©2018 Lintastoday
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong implementasi revolusi industri 4.0. Salah satunya, dengan melakukan sinergi bersama seluruh pemangku kepentingan dalam melengkapi beberapa perangkat teknologi terkini yang dibutuhkan oleh sektor manufaktur nasional guna membangun konektivitas terintegrasi.

Untuk itu, industri nasional perlu melakukan pembenahan, terutama pada aspek penguasaan teknologi digital yang menjadi kunci utama untuk penentu daya saing dan peningkatan produktivitas di era industri 4.0.

"Misalnya, pemanfaatan teknologi Internet of things, big data, cloud computing, artificial intellegence, mobility, virtual dan augmented reality, sistem sensor dan otomasi, serta virtual branding," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara di Yogyakarta, Kamis (30/8).

Di samping itu, melalui peta jalan Making Indonesia 4.0 yang telah diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada April lalu, pemerintah dan stakeholders telah memiliki pemahaman yang sama dan arah yang jelas dalam memacu pertumbuhan dan daya saing industri nasional di kancah global.

Aspirasi besar yang ditetapkan, yakni menjadikan Indonesia masuk pada jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. Bahkan, peta jalan tersebut diyakini dapat membangun optimisme yang positif. Apalagi, Indonesia memiliki modal besar untuk sukses menerapkan industri 4.0.

"Setidaknya, terdapat dua hal yang mendukung pengembangan industri di era digital, yaitu pasar yang besar dan jumlah sumber daya manusia yang produktif seiring dengan bonus demografi," paparnya.

Ngakan menyampaikan, implementasi making Indonesia 4.0 yang sukses akan mampu mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil sebesar 1-2 persen per tahun, sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari baseline sebesar 5 persen menjadi 6-7 persen selama tahun 2018-2030.

"Selain itu, angka ekspor netto kita akan meningkat kembali sebesar 10 persen dari PDB. Kemudian, terjadi peningkatan produktivitas dengan adopsi teknologi dan inovasi, serta mewujudkan pembukaan lapangan kerja baru sebanyak 10 juta orang pada tahun 2030," imbuhnya.

Guna mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan tersebut, pada tahap awal implementasi making Indonesia 4.0, terdapat lima sektor industri yang diprioritaskan pengembangannya untuk menjadi pionir, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta elektronika.

"Sektor industri prioritas itu diyakini mempunyai daya ungkit besar dalam hal penciptaan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, dampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi pasar," tutup Ngakan.
KOMENTAR. APA KOMENTAR ANDA?

Apa komentar dan tanggapan Anda dari berita di atas?

Emoticon