Anggaran riset minim, penelitian di kampus Indonesia terseok-seok

Tuesday 9 August 2016

Anggaran riset minim, penelitian di kampus Indonesia terseok-seok

Anggaran riset minim, penelitian di kampus Indonesia terseok-seok
Penelitian. ©2016 Lintastoday
Sangat minimnya anggaran riset di Indonesia menyebabkan hasil penelitian sangat masih minim. Masalah pertanggungjawaban penggunaan anggaran bagi peneliti juga dinilai masih menjadi kendala.

Jika dibandingkan dengan negara lain, termasuk Malaysia dan Korea Selatan, anggaran di Indonesia masih sangat jauh. Tahun ini misalnya, anggaran riset hanya sebesar Rp 1,5 triliun, atau hanya 30 persen dari Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN).

Dana sebesar itu disebar di 134 PTN di Indonesia. Jadi dari APBN sebesar Rp 2.000 triliun, anggaran riset sangat mepet.

"Di Korea anggaran riset mencapai 2 persen dari APBN. Bahkan di Malaysia juga sudah hampir mencapai 2 persen. Kondisi di Indonesia saat ini seperti kondisi di Korea 14 atau 15 tahun lalu," ujar Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Jamal Wiwoho, kepada wartawan di sela-sela Workshop Pengembangan Science Techno Park (STP) di Kota Solo, Senin (8/8).

Jamal mengatakan, banyak peneliti menganggap penelitian sebenarnya mudah, yang sulit adalah pertanggungjawabannya. Terkait masalah itu, saat ini Kemenristek Dikti telah mengubah sistemnya. Jika sebelumnya penelitian berbasis proses maka akan diubah menjadi penelitian berbasis hasil.

"Selama ini penelitian masih menggunakan sistem seperti pengadaan barang dan jasa. Kalau besok tidak lagi dari sisi proses, tapi output. Misal hasil penelitian masuk ke jurnal internasional terakreditasi atau tidak, atau jurnal nasional yang terakreditasi atau tidak, atau juga diterbitkan dalam buku teks atau dimuat di koran, dan lain sebagainya," ucap Jamal.

Soal pola pengawasan hasil penelitian, lanjut Jamal, telah ada tim pengawas internal dan reviewer. Baik di tingkat PT maupun kementerian. Pola pengawasan bertujuan mengantisipasi terjadinya plagiat serta penelitian duplikatif.

"Kami berharap peneliti benar-benar melakukan riset yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Atau bisa juga mengembangkan atau menumbangkan hasil riset sebelumnya," tutup Jamal.

Apa komentar dan tanggapan Anda dari berita di atas?

Emoticon

© Copyright 2012-2016 LINTASTODAY. All rights reserved