Hanura deklarasi dukung Ahok. ©2016 Lintastoday
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengklaim telah mengetahui kelompok yang menculik Warga Negara Indonesia di perairan perbatasan Malaysia-Filipina. Namun, dia enggan menyampaikan kelompok mana yang terlibat."Udah (tahu siapa yang menculik), cukup tunggu aja. Jangan mendahului yang belum selesai," katanya di Kampus IPDN, Jatinangor, Jawa Barat, Senin (8/8).
Ketua Umum Partai Hanura non-aktif ini mengungkapkan, pemerintah telah berupaya untuk melakukan antisipasi agar pembajakan kapal tak kembali terulang. Salah satunya dengan memberikan imbauan untuk tidak melintasi kawasan rawan.
"Kita udah sangat berhati-hati memberikan satu tempat di mana di situlah kita harus alert, waspada. OKI satu kawasan yang kritis untuk disandera, kita harapkan jangan masuk wilayah itu. Yg kena sandera ini kan rata rata masuk wilayah kritis itu. Itu yang jadi masalah," tutupnya.
Untuk diketahui, Harman Mangga (30), kapten kapal ikan yang sedang berlayar di Perairan Kinabatangan menjadi korban penculikan di laut perbatasan Malaysia-Filipina. Penculik menuntut tebusan 10 ribu Ringgit Malaysia (setara Rp 32.4 juta) untuk pembebasan Harman.
Dari informasi polisi Kota Kinabalu, Malaysia, Harman sedang berada di kapal bersama dua anak buahnya ketika sebuah kapal cepat berisi sekelompok pria merapat. Mereka hanya membawa Haman, sementara dua anak buahnya dibiarkan tetap di atas kapal setelah ditawan dua hari. Penculikan ini terjadi 3 Agustus lalu, namun awak kapal tersebut baru bisa melapor dua hari sesudahnya.
The Star melaporkan, Minggu (7/8), polisi menduga penculikan ini tidak didalangi oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Kecurigaan polisi dimulai dari jumlah tebusan yang diminta, 'hanya' 10 ribu Ringgit, sedangkan aksi Abu Sayyaf bulan lalu menculik 10 WNI menghasilkan tuntutan 20 juta Ringgit. Ke-10 WNI itu sampai sekarang belum dibebaskan.
Faktor lainnya, teroris di selatan Filipina biasanya tidak melepas sandera setelah diculik hanya dalam hitungan jam. Dalam kasus kali ini, dua awak kapal itu mengaku dibawa ke dua pulau kosong sekitar Sandakan, lantas dilepas karena diminta mencari uang tebusan sesegera mungkin.
"Kami berusaha memastikan insiden ini benar-benar penculikan. Kami terus mendalami keterangan awak kapal," kata Abdul Rashid Harun, Kepala Polisi Sabah.
Kapal pimpinan Harman berangkat dari Sandakan pada 31 Juli. Polisi masih belum bisa memastikan, apakah TKP penculikan berada di perairan Malaysia atau sudah memasuki Filipina. Kendati demikian, laporan penculikan ini adalah yang ketiga kalinya dalam kurun sebulan di Sabah.
Dalam keterangan terpisah, dua awak itu meyakini sudah diculik oleh kelompok bersenjata Filipina. Mereka mengaku para penculik Harman mengenakan seragam loreng, penutup kepala, serta berbicara dalam bahasa Melayu patah-patah.
0 comments:
Apa komentar dan tanggapan Anda dari berita di atas?
Emoticon