Kata ulama menyikapi fenomena 'buka tutup' aurat

Kata ulama menyikapi fenomena 'buka tutup' aurat

Saturday, 11 June 2016

Kata ulama menyikapi fenomena 'buka tutup' aurat
Bocah Iran berjilbab. ©Al Arabiya
Memasuki bulan Ramadan, banyak orang berlomba mencari berkah. Banyak hal yang dilakukan umat Islam untuk meraih ampunan di bulan penuh ampunan ini. Salah satu yang banyak dilakukan orang yakni memperbaiki diri lewat pakaian yang dikenakan.

Banyak public figure yang merubah style pakaiannya selama bulan suci ini. terlihat dari penggunaan hijab atau baju yang menutup aurat dalam rangka menyambut bulan Ramadan. Hal ini kemudian diikuti pula oleh masyarakat. Banyak orang terutama wanita di bulan suci ini menggunakan hijab atau kerudung.

Sayanganya, hal ini hanya dilakukan sebagai ritual tahunan belaka. Selepas Ramadan, banyak di antara mereka yang menanggalkan kerudung yang dipakainya selama Ramadan.

Ustazah Umi Tatu mengungkapkan sebaiknya, jilbab yang dikenakan saat bulan Ramadan akan terus dipakai selamanya. Sebab, dalam ajaran Islam, seorang wanita yang sudah baligh memang diperintahkan untuk menutup auratnya.

"Boleh saja memakai jilbab di bulan Ramadan tapi jangan dicopot, pakai terus. Perempuan itu kan wajib pakai jilbab karena ada perintahnya dalam Alquran," ujar Umi Tatu, Jumat (10/6).

Tak hanya itu, dengan tegas dia mengatakan, jangan sampai jilbab dijadikan tameng belaka dan ikut-ikutan karena ini bulan baik. Dia menilai jika usai Ramadan jilbab yang dipakai itu dilepas sama saja meledek ajaran agama.

"Jilbab jangan sampai dijadikan tameng saja, harus selamanya dipakai, kalau seperti itu termasuk meledek ajaran agama," tegas Umi Tatu.

Ada pula pendapat lainnya yang mengatakan, hal tersebut boleh saja dilakukan. Sebab, menutup aurat bagi perempuan erat kaitannya niat dengan kesungguhan hati.

"Orang berbuat baik itu hak, kita harusnya mensyukuri, kita doakan saja bahwa perbuatan baiknya itu diteriuskan di bulan-bulan yang lain. Mudah-mudah mereka seterusnya seperti itu," kata Dekan 2 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dadan Suherdiana, Jumat (10/6).

Kepada merdeka.com, Dadan menjelaskan fenomena banyaknya orang yang mendadak soleh di bulan Ramadan ini sebagai sesuatu yang lumrah terjadi setiap tahunya. Hal tersebut mengartikan, banyak orang yang menyambut suka cita kedatangan bulan penuh berkah itu.

"Fenomena itu bisa disebut juga sebagai partisipasi dan ikut serta dalam memeriahkan hadirnya bulan ramadan," ujar Dadan.
KOMENTAR. APA KOMENTAR ANDA?